PALANGKA RAYA - Keberadaan ruas jalan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Kuala Kurun - Palangka Raya selama ini bagaikan dilema - dilema yang selalu tiada ujung dalam sebuah sinetron panjang.
Teriakan - teriakan anak - anak bangsa ini bagaikan sebuah pantun yang tiada arti, seperti dikatakan "Biarkanlah Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu".
Itulah gambaran penulis sampaikan saat ini, sekeras - keras apapun itu suara yang didengar tidak akan digubris, karena semua ada kepentingan dibalik kegagalan ini semua.
Coba kita pahami semua, mana anak - anak bangsa Indonesia yang saat ini ada di Negeri Bumi Tambun Bungai, Kalimantan Tengah. Yang selalu menyuarakan keadilan dan mengangkat harkat dan martabat Sukunya, diam seribu bahasa.
Baca juga:
Puasa dan Jihad
|
Apakah kalian sudah kenyang atau memang kalian diam karena ada andil dalam usaha ini, namun itu tidak usah dikatakan karena kita semua tahu karena itu ada dalam skema benang merah di Ruas Jalan ini.
Media lokal dan nasional sudah berupaya menggangkat isu ini, namun hanya ditelan bumi yang malu melihat ini semua.
Apakah dengan mengambil dan mengumpulkan kekayaan yang Fana, lalu menghilangkan hak orang sebagai Warga Negara Indonesia, apakah tidak berdosa kawan, tentunya berdosa sekali kawan.
Mampu menutup nutupi semua kegiatan yang diduga Ilegal menjadi Legal, dengan cara sistim pemerintah Monarki, turun temurun untuk mempertahankan hak dan kekayaan yang melintas hak warga negara lain.
Kapankah? Kapan ? Ini bisa berlalu? Ya mari kita tanyakan pada rumput bergoyang dan pada batu yang terjal ditebing pinggir laut.
Yang hanya sampaikan, pemerintah kita semua Buta Tuli atas suara - suara rakyatnya. Sampai kapan kah keadilan itu ada, ya sampai mungkin langit runtuh keadilan itu susah didapat selama pemerintah kita tidak mendengarkan suara - suara itu.
"Tolong perhatikan ruas jalan Kuala Kurun - Palangka Raya seperti semula yang mulus dan lancar, jangan korbankan masyarakat yang hanya jadi penonton, " kata Indra Gunawan, Aktivitis dan Jurnalis Indonesiasatu.co.id.